When in Bangkok

So, after India, I went to Bangkok for a small reunion and.. so-called recovery trip after India. Soooo glad to be in Thailand and possibly the best feeling ever after a very “challenging” trip in the sub-continent. I honestly aimed nothing but just to have some fun with my close loop, follow what they wantedLanjutkan membaca “When in Bangkok”

Kehidupan di kota (yang lebih) kecil.

Belakangan ini saya suka menatap nanar ke atas langit ketika terjebak macet di rush hour  Jakarta di sore hari untuk menuju rumah. Saya sudah melakukan ini bertahun-tahun dan sejujurnya agak muak. Dulu sih (pas baru lulus kuliah) rasanya ingin sekali menggengam dunia dengan ambisi segede gaban. Seiring dengan waktu berjalan dan prinsip-prinsip kapitalisme mulai surut,Lanjutkan membaca “Kehidupan di kota (yang lebih) kecil.”

Living the Singaporean Life.

Dalam kunjungan kami kedua tahun ini ke Singapura untuk mengikuti konferensi ilmu kebumian, saya sekeluarga memutuskan untuk menyewa sebuah Airbnb yang agak jauh dari semua pusat kegiatan wisata. Tempat ini berlokasi di Whampoa. Lokasi ini agak asik sih, walau jauh dari Marina Bay tapi cukup 20 menit dihubungkan dengan bus commuting yang ternyata lebih murahLanjutkan membaca “Living the Singaporean Life.”

Perbedaan kehidupan di Onshore Jawa dan Offshore North Sea.

Demi mengais rezeki agar dapur kembali berasap, saya kembali ke dunia nyata: bekerja. Di tahun 2010 saya masuk sebagai interns di sebuah perusahaan migas dari US, sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke perusahaan migas nasional. Dan disini saya kembali melihat rig. Perusahaan tempat saya bekerja sebenarnya salah satu perusahaan paling murah hati dalam memberikan pengalaman bagi karyawannya.Lanjutkan membaca “Perbedaan kehidupan di Onshore Jawa dan Offshore North Sea.”

That few months after quitting my first job.

Hari-hari setelah resign bekerja untuk pertama kalinya di tahun 2007, hidup seperti kata Mas Morrissey, “Everyday is like sunday….”. Tapi ya saya banyak menghabiskan waktu dengan sedikit jalan-jalan, membeli buku, menulis untuk majalah, bantu-bantu usaha ibu dirumah, dll. Tapi ternyata hidup tanpa tuntutan kerja sucks juga. Tapi tahu nggak yang lebih sucks? Ternyata ketika sedangLanjutkan membaca “That few months after quitting my first job.”