That few months after quitting my first job.

Hari-hari setelah resign bekerja untuk pertama kalinya di tahun 2007, hidup seperti kata Mas Morrissey, “Everyday is like sunday….”. Tapi ya saya banyak menghabiskan waktu dengan sedikit jalan-jalan, membeli buku, menulis untuk majalah, bantu-bantu usaha ibu dirumah, dll. Tapi ternyata hidup tanpa tuntutan kerja sucks juga. Tapi tahu nggak yang lebih sucks? Ternyata ketika sedang jobless mulai banyak pembicaraan miring seputaran kehidupan personal kita. Karena pertanyaan pertama disetiap pertemuan keluarga besar adalah: sekarang kerja dimana?

Well tapi diluar itu semua ada lagi yang lebih menyebalkan, bahwa kepala kita mulai terpengaruh dengan aliran-aliran mainstream yang membuat berfikir bahwa “Untuk kedepannya saya cuma mau bekerja apa saja asalkan dapat gaji bulanan”. Saya pun mulai melupakan grand design mimpi masa kecil menjadi seorang petualang sejati seperti Indiana Jones. He he he…Yeah I know, this is so childish, but I survive with that idea of life. And still think that Indiana is awesome.

Di ujung tahun 2007 akhirnya resmi saya karduskan semua mimpi dengan melamar Magister Manajemen disalah satu sekolah bisnis dibilangan Cilandak (Jakarta Selatan). Terdengar sangat menyedihkan karena saya menyerah, bahkan kakak saya bilang “Yakin nih? Hal yang kamu lakukan sebenarnya cukup unik karena tidak banyak orang yang mempelajarinya”

But, yeah, I give up back then.

Di awal 2008 perkuliahan pun dimulai. Jujur saja saya sangat merasa asing dengan kampus baru yang sangat ((BERCAHAYA)) dan ((BERSIH)). Istilah kata itu pegangan tangga dilap setiap 5 menit supaya tidak terlihat kotor. Semua orang berpakaian sangat rapih. Pria-pria berdasi dan wanita-wanita trendi berlalu lalang didalam kampus. Saya merasa kayak setitik kotoran banget. Atau seperti pengalaman teman saya seorang geologist asal Aceh ketika berkunjung ke Pacific Place Mall untuk pertama kalinya:

“Gila gw udah kayak titik hitam didalam mall yang super bersih dan mengkilat”

Ini dunia baru yang asing. Minggu-minggu awal matrikulasi saya agak pusing harus belajar akuntansi dan statistika. Well, statistika masih oke sih, kuis pertama dapet 82 (lumayan lah). Tapi akuntansi momok banget dari jaman SMA. Disalah satu perkuliahan Akuntansi saya mulai membayangkan kehidupan setelah MM: kerja didalam kubik, perut buncit jarang gerak, tua, dan menyesal. Hidup serasa mandul kayak lagunya Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih. I am not saying that it will be a bad job because I believe that some people really enjoy it. But I am not one of those people.

Entah kenapa disaat-saat yang menyedihkan itu saya kerap pulang ke Bandung untuk sekedar pelipur lara. Ketemu beberapa teman dan cerita kalau di Jakarta tuh nggak enak banget buat sekolah. Karena memang pada dasarnya kurang nyaman juga banyak makan hati di jalan. Lalu salah satu teman baik saya bilang, kenapa nggak sekolah di Bandung aja? I was like.. yea, MBA di Bandung kan ada.. Sesaat itu juga saya ke Annex ITB untuk mengambil brosur pasca sarjana disana. Lalu tiba-tiba setelah baca-baca program MBA ITB.. saya memutuskan untuk mengambil resiko……. dengan daftar Magister Teknik Geologi.. :))

Tiba-tiba perasaan itu jadi kayak pas kita buka botol coca cola dingin ditengah padang pasir. At that moment I was like, f*ck it, I am gonna do what I like to do! So back to the jungle, back to beaches, back to all those good things in life. Saya kayak kembali membuka peti mimpi yang membawa ke masa kecil saya yang penuh dengan permainan di alam terbuka, masa-masa mengumpulkan klipping hewan langka, membuat peta-peta dunia dan merangkai sejarah didalamnya.

Tapi yang paling penting saya jadi ketemu istri saya :D. Apalah artinya hidupku tanpanya~

Ini posting yang OOT dengan tema perjalanan hahaha.. tapi bisa dibilang ini salah satu milestone penting hehe. And kids when you read this somewhere in the future, I just want to tell you that you should do what you think good for you and never let anyone stop you. Juga jangan lupa sholat dan mengaji.. He-he.

Diterbitkan oleh lost in science

ya begitulah..

4 tanggapan untuk “That few months after quitting my first job.

Tinggalkan komentar